Rabu, 16 November 2011

Alur Pada Cerpen Kelas IX

Ke Solo, ke Njati
Alur :
a. Pengenalan :
Bis jurusan Wonogiri mulai bergerak meninggalkan terminal.
b. Konflik :
Tidak mungkin dia akan dapat peluang, betapa pun kecil itu, untuk dapat menyeruak masuk di antara desakan berpuluh manusia yang mau naik.
c. Konflikasi :
1) Tangannya sebelah sudah memegang pinggiran pintu. Tiba-tiba anaknya berteriak mainannya jatuh dan sekelebat dilihatnya sebuah tangan ingin merenggut tasnya.
2) Anak-anaknya pada menangis dan ia pun segera minggir mencari tempat yang agak sela.
3) Pendapatannya sebagai pembantu di rumah kompleks perumahan itu mepet sekali untuk mengongkosi hidup mereka.
4) Kemudian terpikirlah untuk pulang mudik ke Njati tahun ini.
5) “Mbok kamu jangan pulang Lebaran. Tahun ini, anak-anak saya pada kumpul di sini.
6) “Wah, nuwun sewu, Bu. Saya sudah terlanjur janji anak-anak.”
d. Klimaks :
Wah, dengan uang apa? Uangnya yang terbanyak sudah habis dimakan calo karcis, ongkos bolak-balik bajaj, jajan, oleh-oleh yang sekarang sudah pada peyot semua.
e. Resolusi :
Pasti masih banyak kerjaan, pastinya.
f. Penyelesaian :
Ayo sini bantu kami sini. Tuh piring-piring kotor masih menumpuk di dapur. Sana ....”















Sinopsis :
Bis jurusan Wonogiri mulai bergerak meninggalkan terminal. Orang begitu berjejal, berebut masuk. Tidak mungkin dia akan dapat peluang, betapa pun kecil itu, untuk dapat menyeruak masuk di antara desakan berpuluh manusia yang mau naik. Kemarin, dia sudah hampir bisa masuk. Tangannya sebelah sudah memegang pinggiran pintu. Tiba-tiba anaknya berteriak mainannya jatuh dan sekelebat dilihatnya sebuah tangan ingin merenggut tasnya. Anak-anaknya pada menangis dan ia pun segera minggir mencari tempat yang agak sela. Pendapatannya sebagai pembantu di rumah kompleks perumahan itu mepet sekali untuk mengongkosi hidup mereka. Kemudian terpikirlah untuk pulang mudik ke Njati tahun ini. Sebelumnya majikannya meminta agar dia tidak pulang mudik, karena anak-anaknya akan berkumpul dan pasti banyak kerjaan. Tetapi dia tetap ingin pulang mudik karena sudah janji pada anak-anak. Sekarang, pada hari Lebaran kedua, mereka gagal lagi. Anak-anaknya sempat kecewa karena tidak jadi pulang mudik , tetapi ibunya menghibur dengan menjanjikan pergi ke Kebon Binatang. Tetapi ia bingung dengan uang apa. Uangnya yang terbanyak sudah habis dimakan calo karcis, ongkos bolak-balik bajaj, jajan, oleh-oleh yang sekarang sudah pada peyot semua. Tetapi dia lalu berpikir untuk pergi ke gedong, karena pasti masih banyak kerjaan. Setelah sampai di gedong ia bertemu majikannya dan langsung disuruh untuk menjalankan pekerjaannya di dapur.

















KD 8.1 Menuliskan kembali dengan kalimat sendiri cerita pendek
pernah dibaca.
















Nama : Astri Ekayanti
Kelas : IX-5
Bis jurusan Wonogiri mulai bergerak meninggalkan terminal. Habis sudah harapannya untuk ikut terangkut. Orang begitu berjejal, berebut masuk. Tidak mungkin dia akan dapat peluang, betapa pun kecil itu, untuk dapat menyeruak masuk di antara desakan berpuluh manusia yang mau naik. Bawaannya ber-genteyong-an di pundak dan punggungnya, belum lagi tangannya yang mesti menggandeng kedua anak-anaknya yang masih kecil.
Kemarin, pada hari Lebaran pertama, dia sudah hampir bisa masuk. Tangannya memegang erat-erat anak-anaknya, tangannya sebelah sudah memegang pinggiran pintu. Tiba-tiba anaknya berteriak mainannya jatuh dan sekelebat dilihatnya sebuah tangan ingin merenggut tasnya. Dengan sigap dikibaskannya tangannya menangkis tangan yang ingin menggapai tasnya, dan dengan kegesitan yang sama tangannya yang sebelah melepaskan pegangan anak-anaknya untuk memungut mainan anaknya yang jatuh di tanah. Bersamaan dengan itu orang-orang di belakangnya mendapat kesempatan untuk menyisihkan dia dan anak-anaknya terlempar ke pinggir. Kalau kernet bis yang berdiri di dekatnya tidak sigap menahan tubuhnya, pastilah dia dan anak-anaknya sudah tercampak di tanah.
Anak-anaknya pada menangis dan ia pun segera minggir mencari tempat yang agak sela. Anak-anaknya berhenti menangis sesudah dibelikan teh kotak dan sebungkus kerupuk chiki. Ditariknya napas panjang di pinggir warung itu. Dipandangnya bis yang masih berdiri dengan teguhnya diguncang-guncang orang yang pada mau mudik.
“Bu, kita jadi mudik ke Njati, ya Bu ?” anaknya yang besar, yang berumur enam tahun, bertanya.
“Wah, nampaknya susah, Ti. Lihat tuh penuhnya orang.”
“Kita nggak jadi mudik, ya, Bu.”
“Besok kita coba lagi, ya ?”
Itulah keputusannya kemarin. Anak-anaknya pada menggerutu dan mau menangis.
“Sekarang kita mau ke mana, Bu ?”
“Ya, pulang, Ti.”
Pulang. Itu berarti pulang ke kamar sewaan yang terselip di tengah kampung yang agak kumuh di bilangan Kali Malang. Anak-anaknya yang sudah lelah menurut saja digandeng ibunya dan kemudian didorong masuk ke sebuah bajaj yang pada sore hari itu memungut biaya entah berapa kali lipat daripada biasa. Anaknya yang kecil langsung tertidur begitu bajaj bergerak. Anaknya yang besar diam, entah membayangkan atau memikirkan apa.
Pagi-pagi, sebelum mereka bersiap untuk pergi ke terminal pada sore hari, dibawanya anak-anaknya ke makam suaminya, di kuburan yang terletak tidak jauh dari kampung tempat dia tinggal. Suaminya, yang semasa hidup adalah buruh bangunan pada sebuah perusahaan pemborong, meninggal kira-kira tiga tahun yang lalu. Dia meninggal tertimpa dinding yang roboh. Untunglah perusahaan cukup baik hati dan mau mengurus pemakamannya dan memberi santunan sekadarnya.
Tetapi, sesudah itu, hidup terasa lebih berat dan getir. Pendapatannya sebagai pembantu di rumah kompleks perumahan itu mepet sekali untuk mengongkosi hidup mereka. Apalagi Ti, anak sulungnya itu, sudah harus sekolah.
Hari demi hari dijalaninya dengan kedatangan dan kebosanan, tetapi, entah bagaimana, dia sanggup juga mengikutinya. Tahu-tahu, ajaib juga, tabungannya yang dikumpulkannya dari sisa dan persenan dari sana-sini terkumpul agak banyak juga selama tiga tahun itu. Kemudian terpikirlah untuk pulang mudik ke Njati tahun ini. Anak-anaknya belum pernah kenal Njati dan embah-embahnya serta sanak saudaranya yang lain. Sudah waktunya mereka kenal dengan mereka, pikirnya. Juga desa mungkin akan memberikan suasana yang lebih menyenangkan, pikirnya lagi. Setidaknya lain dengan tempat tinggalnya yang sumpek di Jakarta. Maka diputuskannyalah untuk nekat pulang Lebaran tahun ini.
“Mbok kamu jangan pulang Lebaran. Tahun ini, anak-anak saya pada kumpul di sini. Banyak kerjaan.”
“Wah, nuwun sewu, Bu. Saya sudah terlanjur janji anak-anak.”
“Kalau kamu tidak mudik dan tetap masuk pasti dapat persen dari tamu-tamu. Ya, tidak usah pulang.”
“Wah, nuwun sewu, Bu. Saya sudah terlanjur janji anak-anak.”
Dengan kemantapan tekad begitulah dia memutuskan untuk mudik. Anak-anaknya mulai diiceriterai tentang Njati, sawah-sawahnya, kerbau dan sapinya, bentuk-bentuk rumah di desa. Juga tentang embah-embahnya yang sudah pada memutih rambutnya. Juga tentang kota-kota yang bakal mereka lewati, yang akan dapat mereka lihat sekilas-sekilas dari jendela bis yang akan membawa mereka.
“Waduh, kota-kota mana saja itu, Bu ?”
“Wah, banyak. Mungkin Cirebon, mungkin Purwokerto, mungkin lewat Semarang, pasti Magelang, pasti Yogya, Solo, terus menuju Njati dan Wonogiri.”
“Waduh. Yang paling bagus kota mana, ya, Bu.”
“Wah, embuh. Mestinya, ya, Solo.”
“Waa, kita mau lihat Solo, Dik. Solo, Solo, Solo.”
“Solo, Solo, Solo ....”
Dia berhenti termenung. Anaknya yang kecil sudah tidur dengan pulas di tempat tidur. Kakaknya sudah bersiap juga untuk menyeruak menggeletak di samping adiknya. Ditatapnya muka anak-anaknya sambil juga merebahkan tubuhnya berdesakan dengan anak-anak mereka.
“Jangan terlalu kecewa, ya, Ti. Besok kita coba lagi. Kita pasti akan ke Njati. Dan juga pasti lihat Kota Solo.” Dilihatnya anaknya mengangguk-anggukan kepalanya. Dengan setengah mengantuk dia mengucap, “Solo, Solo, Solo ....”

Itu kemarin, pada hari Lebaran pertama. Sekarang, pada hari Lebaran kedua, mereka gagal lagi. Kemungkinan itu bahkan lebih tidak ada lagi. Karcis yang dibelinya dari calo, seperti kemarin, memang sudah di tangan. Tetapi, orang-orang itu kok malah makin jauh lebih banyak dari kemarin. Bahkan lebih beringas. Dia dan anak-anaknya dengan genteyongan barang mereka seperti kemarin, ditarik, didesak, digencet, sehingga akhirnya tersisih jauh ke pinggir lagi. Satu, dua bis dicobanya. Gagal lagi. Orang masih sangat, sangat banyak dan kuat, untuk dapat ditembus. Dan, akhirnya, dengan berdiri termangu di pinggir-pinggir warung, dilindungi kain terpal, di bawah hujan, mereka melihat bis terakhir ke Wonogiri berangkat.
“Yaa, kita nggak jadi betul ke Njati, ya, Bu.”
Ibunya melihat anak-anaknya dengan senyum yang dipaksakan.
“Iya, Nak. Nggak apa, ya ? Tahun depan kita coba lagi.”
“Yaa.”
“Yaa.”
“Iya, dong. Ibu harus kumpul uang lagi, kan ?”
“Memangnya sekarang sudah habis, Bu ?”
Ibunya menggigit bibirnya. Tersenyum lagi.
“Masih, masih. Tapi, hanya bisa ke Kebon Binatang besok. Ke Njati tahun depan saja, ya ?”
Anak-anaknya diam. Hujan mulai agak reda. Dilihatnya hujan yang mereda itu agak menggembirakan anaknya.
“Yuk, yuk, kita lari keluar cari bajaj, yuk.”
Anak-anak itu mengangguk, kemudian mengikuti ibunya digandeng sambil berlari-lari kecil. Di dalam bajaj anak-anak mulai bernyanyi ciptaan mereka yang terbaru.
“Solo, Solo, Solo. Solo, Solo, Solo.”
Mereka tertawa.
“Njati, Njati, Njati. Njati, Njati, Njati.”
Mereka tertawa lagi, mungkin senang bisa menciptakan lagu. Ibunya ikut senang juga melihat anak-anaknya tidak menangis atau merengek-rengek. Dia ingat akan janjinya kepada anak-anaknya untuk mengajak mereka ke Kebon Binatang. Wah, dengan uang apa? Uangnya yang terbanyak sudah habis dimakan calo karcis, ongkos bolak-balik bajaj, jajan, oleh-oleh yang sekarang sudah pada peyot semua. Tinggal lagi sisa untuk beberapa hari. Wah. Tidak apa, pikirnya. Uang itu cukup untuk ongkos ke Kebon Binatang. Saya akan ke gedong malam ini, pikirnya. Pasti masih banyak kerjaan, pastinya. Siapa tahu tamu-tamu belum pada pulang dan banyak persenannya, harapnya. Di kamar sewaannya, anak-anaknya segera ditidurkannya dan sekali lagi dibisikannya janjinya untuk ke Kebon Binatang besok.
“Lekas tidur. Besok kita ke Kebon Binatang.”
“Asyik, asyik, asyik.”
“Ibu pergi sebentar ke gedong, ya? Baik-baik di rumah, ya? Tidur.”
“Gajah, gajah, gajah. Jrapah, jrapah, jrapah....”
“Ssst, tidur.”
Ibunya dengan tersenyum menutup pintu. Tetapi, waktu di luar, dia dengar anak-anaknya menyanyi yang lain lagi.
“Solo, Solo, Solo. Njati, Njati, Njati ....”
Ibunya menggigit lagi bibirnya sejenak. Kemudian dengan pasti melangkahkan kakinya.
Di gedong, nyonya rumah berteriak waktu melihat dia masuk rumah lewat pintu samping.
“To, saya bilang apa. Saya bilang apa. Sokur tidak dapat bis kamu. Ayo sini bantu kami sini. Tuh piring-piring kotor masih menumpuk di dapur. Sana ....”

Minggu, 30 Oktober 2011

Angket IX-5 128JHS'12

• Tercantik : (♀)
• Terganteng : (♂)
• Termanis : (♀)
(♂)
• Terimut : (♀)
(♂)
• Terbaik : (♀)
(♂)
• Terpintar : (♀)
(♂)
• Terajin : (♀)
(♂)
• Teralay : (♀)
(♂)
• Termalas : (♀)
(♂)
• Terpelit : (♀)
(♂)
• Terbokep : (♀)
(♂)
• Terlebay : (♀)
(♂)
• Tercaper : (♀)
(♂)
• Tergokil : (♀)
(♂)
• Teralim : (♀)
(♂)
• Ternyebelin : (♀)
(♂)
• Tergaduh : (♀)
(♂)
• Tergalak : (♀)
(♂)
• Terbawel : (♀)
(♂)
• Terancam Punah : (♀)
(♂)

Merokok dan Zat Berbahaya














Minggu, 16 Oktober 2011

Assalamualaikum Wr. Wb

Yang terhormat Kepala SMPN 128 Jakarta
Ibu HJ. Nani Nursyaeni Sudharsa M.Pd
Yang saya hormati Wakil Kepala SMPN 128 Jakarta
Bapak DR. Tugimin M. MPd
Yang saya hormati Bapak Ibu guru serta staf karyawan SMPN 128 Jakarta
Tak lupa kawan-kawan yang saya sayangi

Puji syukur kita panjatkankepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya kita dapat melaksanakan upacara bendera pada hari ini.
Saya akan menyampaikan beberapa hal pada kawan-kawan. Untuk Pendalaman Materi kelas 9 yang diselenggarakan sepulang sekolah disarankan agar membawa perlengkapan sholat bagi yang muslim. Dan bagi seluruh siswa-siswi Smpn 128 Jakarta yang telah mengikuti UTS saya harapkan kita semua mendapat nilai yang memuaskan.
Sekian pidato yang saya sampaikan. Kurang lebihnya mohon dimaafkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Assalamualaikum Wr. Wb

The honorable Headmaster of One Hundred and Twenty Eight Junior High School Jakarta,
Mrs. Hj. Nani Nursyaeni Sudharsa M,Pd
The honorable Deputy of One Hundred and Twenty Eight Junior High School Jakarta,
Mr. Drs. Tugimin M ,Pd
The honorable teachers, staffs and employes of One Hundred and Twenty Eight Junior High School Jakarta
Don’t forget my friends beloved

Gratitude we say to God Almighty for His blessings and gifts we can perform the flag ceremony on this day.
I will say a few things to my friends. Deepening materials for 9th class is held after school, are advised to bring prayer materials for the moslem. And for all students of One Hundred and Twenty Eight Junior High School Jakarta, which has tested the middle of the semester I hope we all get a satisfactory value.
I apologize if you are not pleased. Thanks for your attentions.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kamis, 13 Januari 2011

SENI UKIR SUKU ASMAT

Penjelasan secara singkat: Suku Asmat adalah salah satu suku di Indonesia yang punya keunikan tersendiri. Terutama dalam hal seni ukir yang terwujud dalam bentuk sebuah patung. Ukiran yang mereka buat sangat luar biasa indahnya. Desainnya mengandung makna tertentu yang berhubungan dengan kepercayaan yang mereka anut.
Bentuk atau jenis: Ukiran Asmat sangat beragam, kadang berbentuk manusia, perahu, panel, ataupun perisai.
Teknik pembuatan: Bahan yang digunakan untuk membuat patung suku Asmat selalu mengambil kayu dari pohon bakau yang usianya sudah tua. untuk membuat ukiran yang polanya kecil-kecil dan rumit hanya memakai paku yang dipukul-pukul hingga bentuknya menjadi pipih. Peralatan yang biasanya digunakan para pemahat Suku Asat terdiri dari kapak batu, gigi binatang dan kulit kerang. Sedangkan untik menghaluskan patahan, mereka menggunakan taring babi, gigi-gigi ikan tertentu dan tiram.
Fungsi: Memberi penghormatan kepada para orang tua dan leluhurnya yang telah meninggal dan hidup di alam gaib.
Makna & ciri khas: Menggambarkan kehidupan alam lain di dunia. Salah satu ciri utamanya adalah selalu berbentuk manusia yang diberi hiasan dengan desain yang diulang-ulang. Karakteristik ukiran suku asmat adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis.
Motif hiasan: Seni ukir Asmat termasuk aliran naturalis karena yang menjadi model ukiran adalah mahluk hidup seperti burung, ikan, katak, pohon, biawak atau manusia yang diwujudkan dalam ukiran patung kayu mereka. (Papua)

BATIK SOLO




Penjelasan secara singkat: Batik adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
Tentang bentuk atau jenis: Jenisnya dibedakan menjadi dua, yaitu: Menurt teknik & menurut asal pembuatan
Teknik pembuatan: Menurut teknik pembuatannya batik dibedakan menjadi 3, yaitu: Batik tulis, batik cap dan batik lukis
Fungsi: Dibuat menjadi baju, sprei, kain dan gorden
Makna dan ciri khas: Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”
Motif hiasan dari daerah: Solo

GERABAH BANYUMULEK




Penjelasan secarra singkat: Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan.
Tentang bentuk atau jenis: Bentuknya pun beragam. Ada periuk, jeding, kuali, serta kendi maling yang menjadi ciri khas Banyumulek.
Teknik pembuatan: Perajin gerabah akan menggunakan kedua tangan untuk membentuk tanah liat dan kedua kaki untuk memutar alat pemutar (perbot).
Fungsi: Berfungsi sebagai perkakas rumah tangga
Makna dan ciri khas: Periuk, jeding, kuali, serta kendi maling yang menjadi ciri khas Banyumulek.
Motif hiasan dari daerah: Lombok

SONGKET PADANG




Penjelasan secara singkat: Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi.
Bentuk atau jenis: Kain songket terdiri dari tiga jenis yaitu benang satu, dua dan empat, harganya pun jauh berbeda. Benang satu itu jauh lebih mahal dibanding benang dua dan empat, karena Waktu yang diperlukan untuk menenunnya lebih lama. Tak hanya itu, membuat songket jenis benang satu ini diperlukan ketelitian yang tinggi karena dalam proses menenunnya
Teknik pembuatan: Tenun songket Pandai Sikek seluruhnya dikerjakan dengan tangan. Menenun kain songket pandai sikek harus sabar, teliti, dan tekun.
Fungsi: Dipakai untuk berpakaian
Makna & ciri khas: Kain tenun itu memiliki motif-motif yang halus dan punya nama-nama yang spesifik.
Motif hiasan dari daerah: Motif kain disebut juga ”cukie” bagi penenun di Pandai Sikek.

ANYAMAN TASIKMALAYA




Penjelasan secara singkat: Anyaman adalah seni merajut yang biasanya menggunakan bahan dari bambu, rotan, daun-daunan yang memiliki serat yang dapat ditipiskan (enceng gondok, daun lontar, daun pandan, dan lain-lain) dan plastik.
Bentuk atau jenis: Memiliki 3 jenis, yaitu: Anyaman datar, Anyaman 3 dimensi, Makrame seni simpul
Teknik pembuatan: Biasanya seni ini diolah dengan alat yang masih sederhana seperti pisau pemotong, pisau penipis, tang dan catut bersungut bundar, yang membutuhkan kretivitas tinggi, ide, perasaan pemikiran dan kerajinan tangan.
Fungsi: Banyak digunakan sebagai alat keperluan rumah tangga sehari-hari.
Makna & ciri khas:
Motif hiasan dari daerah: Tasikmalaya

Minggu, 26 Desember 2010

JUSTIN BIEBER




Justin Bieber lahir di Strartford, Ontario, Kanada, 1 Maret 1994; umur 16 tahun) adalah penyanyi Pop dan R&B. muda asal Kanada. Ia dibesarkan seorang diri oleh ibunya, Pattie Malette.

Justin memiliki bakat dan minat musik yang cukup tinggi. Dia menguasai terompet, piano, gitar, dan drum yang dipelajarinya sendiri sejak kecil.

Kehidupan Pribadi

Orang tua Bieber bercerai, dan Bieber mempunya saudara tiri bernama Jazmyn. Bieber sekarang tinggal di Atlanta, Georgia, kampung halaman Usher, bersama ibunya untuk mencapai cita-citanya berkarir di dunia musik. Sahabatnya di Atlanta, Christian Beadles, juga sering mengirim video ke YouTube. Bieber mengaku sempat berpacaran dengan kakak dari Christian, seorang gadis bernama Caitlin, namun ia juga mengatakan bahwa mereka sudah putus.

Karier

Pada usia 12 tahun, Justin mengikuti kontes menyanyi di kotanya, Stratford, dan memenangkan juara kedua. Sejak itu dia mulai mendokumentasikan penampilannya dan mengunggahnya di Youtube, untuk teman-teman yang tak sempat melihatnya tampil. Pada beberapa videonya, Justin menyanyikan lagu-lagu beberapa penyanyi ternama seperti Usher, Justin Timberlake, Ne-Yo, Chris Brown, dan Stevie Wonder dengan versinya sendiri.

Beruntung, Scooter Braun, eksekutif marketing So So Def yang tanpa sengaja menyaksikan penampilannya di Youtube tertarik pada bakat musikalitasnya. Braun segera mengontak Bieber dan menerbangkannya ke Atlanta, Georgia untuk bertemu Usher.

Tak lama, Usher setuju mengorbitkannya melalui label rekaman Island Record pada Oktober 2008. Untuk memantapkan karier musiknya Bieber dan ibunya pindah ke Atlanta.

Selain menyanyi, Bieber juga pernah menjadi presenter untuk Grammy Awards ke-52. Prestasinya dalam dunia musik membuatnya menjadi penyanyi pop solo termuda yang mampu merajai tangga lagu dunia.

Bieber sekarang sedang mengerjakan proyek album perdananya, "My World", yang akan dirilis 17 November 2009. Albumnya akan menampilkan guest vocal Usher, yang juga tampil dalam video musiknya, "One Time". Bieber juga sedang gencar-gencarnya mempromosikan singlenya dan telah tampil dalam beberapa acara TV dan radio. Single pertamanya, "One Time" menduduki posisi ke 12 dalam Canadian Hot 100 dan posisi 26 di the Billboard Hot 100.

Bersama Miranda Cosgrove, Bieber menjadi salah satu presenter dalam 2009 MTV Video Music Awards tepat sebelum penampilan Taylor Swift. Beberapa hari sebelumnya, Bieber tampil membawakan lagu "One Time" pada MTV VMA Tour untuk mempromosikan acara tersebut. Pada 26 September 2009, Bieber tampil pada acara YTV's The Next Star, dan mengumumkan bahwa "One Time" mendapatkan Platinum di Kanada. Pada acara yang sama Bieber juga mengumumkan bahwa single keduanya, "Lonely Girl", akan segera dirilis.